Temanggung, Bestarinesia.com – Pasar Paprinng sebagai pasar tradisional yang keberadaannya menjadi daya tarik pengunjung. Pasar yang berada di Desa Ngadimulyo menawarkan berbagai produk lokal, makanan desa, kerajinan hingga kesenian, termasuk minuman khas yang dikenal sebagai “Wedang Pring.” Minuman ini terbuat dari daun bambu dan menjadi salah satu daya tarik utama bagi para wisatawan yang berkunjung.
Namun, ada satu masalah yang dihadapi oleh para pelapak di Pasar Papringan, khususnya mereka yang menjual Wedang Pring. Dengan khasan Wedang Pring diperlukan sebuah inovasi kemasan sebagai produk oleh-oleh dan mampu menngkatkan produktivitas.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Universitas Diponegoro (Undip) yang sedang bertugas di Desa Ngadimulyo melihat masalah ini sebagai peluang untuk berinovasi. Melalui riset dan produksi yang intensif, mahasiswa KKN berhasil menciptakan produk Wedang Pring instan yang tidak hanya mudah dikonsumsi, tetapi juga memiliki daya simpan yang lebih lama. Mereka hadir dengan menawarkan solusi berupa pengembangan Wedang Pring instan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Desa Ngadimulyo.
Dalam upaya untuk mengefektifkan dan kelancaran kegiatan, mahasiswa dibagi dalam 3 kelompok sesuai dengan fokus keilmun meliputi kelompok Ti Riset dan Produksi Tim Riset dan Produksi yang terdiri dari Akhmad Khoirul Akip (Teknik Kimia), Faridah Lutfhie Maryam (Biologi), dan Shafira Maharani Fatiha (Kesehatan Masyarakat). Tim Desain Produk dan Marketing yang terdiri dari Naufal Khaitami Al Hakim (Akuntansi), Amira Farras Athayazzaka (Arsitektur), Anastasia Dwi Yuki (Akuntansi Perpajakan), dan Teuku Muhammad Irsyad (Agribisnis). Terakhir, untuk memastikan kesuksesan dan keberlanjutan produk wedang pring, Florentinus Bryan Yusian Okta Putra sebagai mahasiswa Psikologi mengembangkan tim untuk mengakomodir kebutuhan tersebut.
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Agustur 2024, Mahasiswa tidak melaksanakannya sendiri. Mereka menggaet dengan pelaku UMKM setempat, termasuk Mbak Indah, seorang pembuat Wedang Pring, dan Pak Nyoto, seorang pengrajin bambu. Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan produk yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga melibatkan sumber daya lokal dalam produksinya.
Pembuatan Wedang Pring instan ini melibatkan enam tahapan utama: pertama, pemetikan daun bambu yang dipilih secara cermat; kedua, pensortiran dan pencucian daun bambu untuk memastikan kebersihannya; ketiga, pelayuan daun bambu untuk mengurangi kadar air; keempat, pengrajangan daun bambu menjadi potongan kecil; kelima, pengeringan daun bambu dengan teknik khusus agar tetap menjaga kualitas rasa dan aromanya; dan terakhir, penggilingan serta pengemasan menjadi produk instan siap seduh.
Produk ini hadir dalam tiga varian kemasan yang menarik, salah satunya adalah special package yang menggunakan bambu berbentuk gelas sebagai kemasan. Gelas bambu ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah, tetapi juga dapat digunakan kembali sebagai gelas minum, menjadikannya kemasan yang multifungsi dan ramah lingkungan. Selain itu, tersedia juga kemasan ukuran 10 gram dan 40 gram, yang lebih ekonomis dan memberikan variasi pilihan bagi konsumen.
Tanggapan positif datang dari para pelaku UMKM yang terlibat. Mba Indah, pembuat Wedang Pring, merasa sangat terbantu dengan adanya inovasi ini.
“Saya tidak pernah terpikirkan bisa membuat Wedang Pring dalam bentuk instan. Dengan bantuan adik-adik mahasiswa, produk wedang pring kedepannya bisa dibawa pulang oleh para wisatawan. Ini peluang yang bagus,” ujarnya.
Pak Nyoto mengungkapkan kebanggannya mampu berkontribusi dalam proyek ini. Selain meningkatkan pendapatan, juga memperkenalkan kerajianan bambu yang dibuanya
“Saya senang bisa berkontribusi dalam proyek ini. Selain meningkatkan pendapatan, saya juga bisa memperkenalkan kerajinan bambu kami ke lebih banyak orang.” Ujarnya Pak Nyoto
Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi perekonomian Desa Ngadimulyo. Dengan adanya produk Wedang Pring instan yang dikemas secara inovatif, desa ini tidak hanya dapat menarik lebih banyak wisatawan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi baru bagi para pelaku UMKM lokal. Harapannya, produk ini dapat menjadi ikon oleh-oleh khas yang dikenal luas, sehingga meningkatkan kesejahteraan warga desa secara keseluruhan.
Mahasiswa KKN Undip berharap bahwa kolaborasi ini dapat terus berlanjut dan memberikan inspirasi bagi desa-desa lain untuk berinovasi dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.
Editor: M. Azis
Tinggalkan Komentar