Home » KKN UNDIP Edukasi Kader-Kader Posyandu melalui Pelatihan Antropometri di Desa Pengarengan

KKN UNDIP Edukasi Kader-Kader Posyandu melalui Pelatihan Antropometri di Desa Pengarengan

Wonosobo, bestarinesia.com – Kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang memadai untuk kader di Desa Pengarengan dalam pengukuran antropometri salah satu kendala yang signifikan. Mahasiswa jurusan Gizi Universitas Diponegoro, Namira Anjani Vitaloka Arlius Putri yang tergabung dalam TIM Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNDIP 2025 di Desa Pengarengan melaksanakan program kerja monodisiplin “Pendampingan dan Pelatihan Kader terkait pengukuran antropometri dengan judul program PUSPA (Pelatihan untuk Sosialisasi Pengukuran Antropometri)” di Gedung Pos Kesehatan Desa Pengarengan dengan sasaran kader-kader posyandu, Sabtu (25/01/2025).

Program ini memiliki tujuan dengan memberikan materi terkait pelatihan yang lebih intensif dan sosialisasi yang lebih menyeluruh agar kader dapat bekerja lebih efektif dan memberikan pelayanan optimal.

Antropometri merupakan metode pengukuran tubuh yang meliputi ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Pengukuran ini sangat penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, serta menilai status gizi dan kesehatan secara umum.

Namira memaparkan bahwa “berbagai teknik pengukuran antropometri yang biasa dilakukan dalam kegiatan posyandu seperti pengukuran panjang badan, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan lingkar perut,” ujarnya.

Pada sesi pertama, Namira memaparkan cara mengukur panjang badan bayi menggunakan infantometer. Pengukuran ini memerlukan dua orang, di mana satu orang memegang kepala bayi agar tegak lurus, sementara orang lain memastikan kaki bayi lurus dengan menekan lutut dan mendorong footboard hingga menempel pada telapak kaki. Selain itu, dia juga menjelaskan cara menimbang berat badan bayi menggunakan timbangan bayi (baby scale) atau timbangan digital bersama ibu. Penimbangan ini harus dilakukan tanpa pakaian tebal atau popok untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Adapun untuk anak usia 2-18 tahun dan dewasa, pengukuran tinggi badan dapat dilakukan menggunakan stadiometer. Peserta diajarkan cara mengukur tinggi badan dengan posisi tubuh tegak, kaki rapat, dan pandangan lurus ke depan. Sementara itu, pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital dilakukan dengan berdiri di tengah timbangan dalam posisi tegak dan kepala menghadap ke depan.

Saat di materi pengukuran lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan lingkar perut Namira mengungkapkan “Pentingnya mengukur lingkar lengan atas (LILA) sebagai indikator status gizi, terutama pada anak balita. Pengukuran ini dilakukan dengan menentukan titik tengah lengan atas dan melingkarkan pita ukur secara rata. Selain itu, dia memaparkan cara mengukur lingkar kepala untuk memantau pertumbuhan otak pada bayi dan anak kecil, serta pengukuran lingkar perut untuk mendeteksi risiko obesitas atau gangguan kesehatan lainnya”.

Kemudian Kader Posyandu dan bidan setempat juga turut memberikan pendapat. Ibu Nurida, Kader Posyandu,”Kegiatan ini sangat berguna untuk memantau perkembangan anak dan memastikan status gizinya.”

Ibu Septi, Bidan Desa, menambahkan, “Pelatihan ini memperkuat peran kader posyandu dalam mendukung kesehatan masyarakat dan dapat sebagai pengingat.” Program ini diharapkan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengukuran antropometri di masyarakat.

Melalui sosialisasi ini, diharapkan masyarakat Desa Pengarengan dapat lebih memahami pentingnya pengukuran antropometri sebagai alat untuk memantau kesehatan dan status gizi.

 

Penulis: Namira Anjani Vitaloka Arlius Putri

Editor: M. Azis

Lanjut Membaca

Post navigation

Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *