Home » Pemberdayaan Masyarakat Desa Pedurungan Lor melalui Kegiatan KKN MBKM UPGRIS: Inovasi Daur Ulang Sampah Galon sebagai Media Tanam serta Gerakan Penanaman Bibit Sayuran untuk Strategi Pemanfaatan Lahan (Urban Farming)

Pemberdayaan Masyarakat Desa Pedurungan Lor melalui Kegiatan KKN MBKM UPGRIS: Inovasi Daur Ulang Sampah Galon sebagai Media Tanam serta Gerakan Penanaman Bibit Sayuran untuk Strategi Pemanfaatan Lahan (Urban Farming)

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan oleh Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) telah membawa dampak positif bagi masyarakat Desa Pedurungan Lor, Kota Semarang. Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya melaksanakan tugas akademis, tetapi juga berkontribusi langsung pada pemberdayaan masyarakat desa melalui inovasi berbasis lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu program unggulan dalam kegiatan KKN MBKM UPGRIS di desa ini adalah pemanfaatan sampah galon bekas menjadi media tanam dan gerakan urban farming dengan penanaman bibit sayuran seperti cabai dan terong. Program ini bertujuan untuk mengubah limbah galon bekas yang sering terabaikan menjadi sesuatu yang bermanfaat, sekaligus mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan terbatas secara lebih produktif.

Sampah galon bekas yang biasa dibuang begitu saja disulap menjadi pot tanaman yang efektif dan ramah lingkungan. Proses pembuatan pot ini cukup sederhana, dimulai dengan membersihkan galon, membuat lubang di bagian bawah untuk drainase, serta menambahkan tanah dan pupuk organik sebagai media tanam. Pot-pot dari galon bekas ini kemudian digunakan untuk media menanam bibit cabai dan terong. Inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah plastik di lingkungan, tetapi juga menjadi solusi hemat biaya bagi masyarakat yang ingin memulai penghijauan di lahan terbatas.

 

Gerakan urban farming yang digagas dalam program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya bertani di wilayah perkotaan. Mahasiswa KKN MBKM UPGRIS menggerakkan kegiatan menanam sayuran di media tanam galon bekas, serta mulai memperkenalkan konsep pertanian organik yang bebas dari bahan kimia berbahaya. Selain memberikan peluang dari sektor pertanian dengan menghasilkan sayuran yang bisa dikonsumsi sendiri atau diolah lebih lanjut, program ini juga menciptakan rasa kebersamaan dan kesadaran lingkungan yang tinggi di kalangan warga. Dengan mengoptimalkan penggunaan lahan pekarangan rumah, urban farming menjadi alternatif cerdas dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan memaksimalkan potensi lahan terbatas.

Kooordinator Sie Lingkungan Kelompok 16 Desa Pedurungan Lor, Salshabilla mengungkapkan bahwa program kerja ini merupakan bagian dari kontribusi dari mahasiswa KKN MBKM UPGRIS untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.
“Kami berharap dengan adanya urban farming ini, masyarakat bisa lebih optimal dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Selain itu, kegiatan ini juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak urbanisasi terhadap lingkungan,” jelasnya.

Melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Pedurungan Lor tidak hanya memperoleh keterampilan dalam bertani, tetapi juga belajar bagaimana cara mengelola sampah secara kreatif dan produktif. Dengan memanfaatkan galon bekas sebagai media tanam, masyarakat dapat memulai usaha urban farming yang ramah lingkungan dengan biaya rendah. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola sampah dan lahan secara berkelanjutan, serta memberi dampak positif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan lingkungan yang lebih baik dan mandiri.

Lanjut Membaca

Post navigation

Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *