Kab. Semarang, Bestarinesia.com – Mahasiswa KKN Tematik Kelompok 16 Kecamatan Ungaran Barat, Kelurahan Langensari, melaksanakan kegiatan sosialisasi bertema “Pencegahan Pernikahan Dini dan Edukasi Mengenai Kenakalan Remaja” yang bertempat di SMK Perintis 29 RW 03 Kelurahan Langensari. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga selesai, dan diikuti oleh siswa-siswi kelas XI yang menunjukkan antusiasme dan partisipasi aktif sepanjang acara. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang kami rancang secara khusus berdasarkan permasalahan aktual yang terjadi di wilayah Langensari.
Pemilihan tema sosialisasi ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi dan data awal yang kami peroleh selama proses pra-KKN, di mana ditemukan bahwa angka pernikahan dini di kalangan remaja Kelurahan Langensari tergolong cukup tinggi. Fenomena ini mendorong kami untuk menghadirkan kegiatan edukatif yang bersifat preventif, dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran remaja akan pentingnya menjaga masa depan serta menunda pernikahan hingga waktu yang lebih tepat. Kondisi sosial tersebut menjadi unsur inovasi tematik dalam program KKN kami, karena kami tidak hanya menjalankan program umum, tetapi benar-benar merespons kebutuhan nyata masyarakat.
Tujuan utama dari kegiatan (10/9/2025) adalah memberikan pemahaman kepada remaja mengenai dampak negatif pernikahan dini, baik secara psikologis, sosial, maupun ekonomi. Selain itu, sosialisasi ini juga membahas bentuk-bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi dan harus dihindari, seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan media sosial, dan tindakan kekerasan. Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap para siswa dapat memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap risiko-risiko tersebut serta mampu mengarahkan diri pada pilihan yang lebih sehat dan produktif.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa menggabungkan metode penyampaian materi secara klasikal dengan pendekatan PBL (Problem Based Learning) sebagai bentuk inovasi pembelajaran. Metode ini gunakan agar siswa dapat memahami materi melalui studi kasus yang dekat dengan realitas kehidupan mereka, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
“Kami selama pembelajaran menggunakan metode PBL dan kami juga menghadirkan sesi diskusi terbuka berbasis pengalaman pribadi, di mana para peserta diberikan ruang untuk berbicara, bertanya, dan saling berbagi pengalaman terkait permasalahan yang sering dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari’” ujar Koordinator Desa.

Salah satu inovasi tambahan dalam kegiatan ini adalah penerapan simulasi peran (role play) yang menggambarkan dampak nyata dari keputusan menikah di usia dini dan kenakalan remaja. Kegiatan ini tidak hanya menarik perhatian siswa, tetapi juga berhasil menumbuhkan empati dan kesadaran bahwa setiap keputusan yang diambil di usia muda akan sangat berdampak pada masa depan. Pendekatan interaktif ini menjadikan siswa bukan sekadar pendengar pasif, tetapi aktif terlibat dalam proses pembelajaran, diskusi, dan refleksi.
Melalui kegiatan ini, siswa didorong untuk lebih terbuka dalam menyampaikan pendapat dan memahami pentingnya menjaga masa depan dengan membentuk perilaku positif di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Sosialisasi ini menjadi bentuk kontribusi nyata kami sebagai mahasiswa KKN dalam mendukung pembentukan karakter remaja yang tangguh, cerdas mengambil keputusan, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Mahasiwa berharap kegiatan ini mampu melahirkan generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan zaman, memiliki pemahaman yang kuat tentang risiko pernikahan dini, serta mampu menghindari perilaku menyimpang. Selain memberikan wawasan yang luas, kegiatan ini juga menjadi jembatan untuk mempererat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat, khususnya dengan para pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Dengan pendekatan yang relevan, responsif, dan berbasis kebutuhan lokal, kami percaya kegiatan ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi peningkatan kualitas hidup remaja di Kelurahan Langensari.



 
							
Leave a Comment