Sukoharjo, Bestarinesia.com – V. Fatah Tribanu Sani, Mahasiswa Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip) Desa Mulur, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kurikulum yang dinilai kurang tepat penerapannya di Indonesia, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, ia menginisiasi pertemuan dengan guru-guru Bahasa Inggris di salah satu SMP yang berada di Desa Mulur untuk memberikan wawasan tentang pentingnya metode pembelajaran yang lebih efektif. (10/8/24)
Dalam pertemuan tersebut, Fatah memaparkan bahwa pendekatan pembelajaran yang hanya berfokus pada teori atau kognitif kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Ia menekankan bahwa metode pembelajaran berbasis tugas (task-based learning) dan kompetisi dapat memberikan dampak yang lebih signifikan. Untuk membuktikan hal ini, Fatah menyusun sebuah program yang melibatkan dua jenis tes, yakni tes tertulis dan cerdas cermat.
Hasil dari program tersebut menunjukkan bahwa siswa yang unggul dalam tes tertulis justru kalah ketika berhadapan dengan siswa lain dalam tes cerdas cermat. Siswa tersebut adalah pindahan dari sekolah internasional, di mana Bahasa Inggris sudah menjadi praktik sehari-hari. Meskipun secara teori siswa ini kurang unggul, namun kemampuan dan kecepatan dalam cerdas cermat menunjukkan bahwa praktik harian dalam berbahasa Inggris memiliki dampak yang sangat besar dan itulah yang paling penting.
Dengan hasil ini, Fatah berharap guru-guru Bahasa Inggris SMP di Desa Mulur dapat mengubah metode pengajaran mereka dari yang awalnya berfokus pada teori dan soal menjadi lebih berbasis tugas praktik. Namun, ia juga menyadari bahwa para guru masih terlalu terpaku pada kurikulum yang diberikan oleh pemerintah. Kurikulum itu sifatnya diterapkan di seluruh sekolah, sehingga semua sekolah di Indonesia mendapatkan materi yang sama meskipun kemampuan siswa di setiap sekolah sangat berbeda. Ketidakselarasan ini berpotensi memperlambat perkembangan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris dan kesenjangan yang sangat tinggi.
“Maksud saya, perubahan metode pengajaran diperlukan untuk membantu siswa, dan harapannya para guru dapat lebih fleksibel dan inovatif dalam menerapkan kurikulum yang ada agar pembelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa,” ujarnya.
Tinggalkan Komentar